Browse » Home
[Eat,Pray,Love]
Memasuki usia 30
tahun, Gilbert telah mendapatkan semua yang diinginkan oleh seorang wanita
Amerika modern, yaitu seorang pendamping hidup, rumah mewah, dan karier yang
cemerlang, namun, semua itu tak membuatnya bahagia. Gilbert yang ambisius
justru menjadi panik, sedih, dan bimbang menghadapi kehidupannya. Gilbert
merasakan pedihnya perceraian, depresi, kegagalan cinta, dan kehilangan
pegangan dalam hidupnya.
Untuk memulihkan
dirinya, Gilbert pun mengambil langkah yang cukup ekstrem. Dia meninggalkan
pekerjaan dan orang-orang yang dikasihinya untuk melakukan petualangan seorang
diri berkeliling dunia,bagi seorang perempuan yang berpenampilan menarik,
perjalanan solo ini jelas petualangan seru. Makan, doa, dan cinta adalah
catatan kejadian di bulan-bulan pencarian jati dirinya itu.
Dalam
petualangannya itu, Gilbert menetapkan tujuan ke tiga tempat berbeda. Di setiap
negara, ia meneliti aspek kehidupan dengan latar budayanya masing-masing, italia
menjadi tempat tujuan pertamanya. Di negeri yang elok ini, Gilbert mempelajari
seni menikmati hidup dan bahasa Italia. Tak lupa, ia juga mengumbar nafsu
makannya dengan menyantap aneka masakan Italia yang enak-enak. Wajar saja jika
kemudian bobot tubuhnya pun bertambah 12 kilogram.
Dari Italia,
Gilbert bertolak menuju India. Di negeri ini dia mempelajari seni devosi atau
penyerahan diri di sebuah Ashram atau padepokan Hindu. Ia menghabiskan waktu
empat bulan untuk mengeksplorasi sisi spiritualnya, akhirnya, Bali menjadi
tujuan terakhirnya. Di Pulau Dewata inilah wanita matang ini menemukan tujuan
hidupnya, yakni kehidupan yang seimbang antara kegembiraan duniawi dan
ketenangan batin.
Ia menjadi murid
seorang dukun tua bernama Ketut Liyer yang juga seorang pelukis dan peramal
lewat bacaan garis tangan. Gilbert juga bersahabat dengan Nyoman, penjual jamu
tradisional Bali, dan yang terpenting, di Bali, Gilbert yang sudah apatis dan
merasa tak akan pernah lagi bisa berhubungan romantis dengan lelaki mana pun,
akhirnya malah menemukan kembali cinta sejati pada diri Felipe, pria separuh
baya asal Brasil yang jauh lebih tua darinya.
Pesan Moral :
"On Progress"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar